Kamis, Januari 06, 2011

Bantal basah.


Hari ini bantalku basah lagi. Tidak, aku tidak mengompol, aku sudah berhenti mengompol sejak SD dan sekarang aku sudah mahasiswi. Bantalku basah karena kesedihan. Kadang aku berfikir kenapa bantalku yang sangat cantik dengan baju biru mudanya ini selalu saja basah? Apakah dia sedang patah hati? Atau dia sedang dalam keadaan sakit yang teramat sangat?
Aku memandangi bantal merah mudaku dengan seksama, tidak kulihat dia punya mata. Bantalku basah setiap malam. Padahal saat siang dan sebelum aku mau tidur bantalku selalu dalam keadaan kering, tetapi saat aku bangun ,ia selalu basah. Kemudian aku bertanya dengan gulingku yang lucu, "Hey guling,apakah kau tahu apa yang terjadi dengan si bantal? Mengapa ia selalu basah saat aku bangun tidur?" dan gulingku tertawa kecil sambil menjawab, "Sayang, sepertinya kau harus bertanya pada dirimu sendiri.. Bukan si bantal yang punya masalah, tetapi hatimu". Jujur saja aku sama sekali tidak mengerti dengan ucapan guling kecilku,dia berkata seolah olah aku yang patah hati, padahal aku baik baik saja.
Keesokan harinya aku mengusap bantalku sebelum tidur dan berbicara dengannya. "Bantalku yang cantik, ada apa denganmu? Apakah kau punya masalah yang ingin kau ceritakan denganku? Bantalku yang cantik, ceritalah, aku akan mendengarkan". Aku bukanlah pendengar yang baik, tetapi untuk bantalku yang cantik aku rela mendengarkannya sepanjang malam. Hanya dia sahabatku yang membuatku nyaman disini. Ditempat ini.
Kemudian bantalku mulai bercerita, bahwa ada banyak hal yang dia fikirkan, dia bersedih setiap malam. "Maafkan aku karena selalu basah, hatiku sakit karena ditinggal kekasih, maafkan aku karena menangisi hal bodoh seperti ini. Tetapi aku lelah, mejalani hal hal yang terulang", sepertinya aku pernah mendengar kata kata itu. "Tidak apa sayang, tidak apa, siapa yang menyakitimu? Sini beritahu aku, biar aku pukul dia!" ujarku menghibur si bantal. "Tidak, kau tidak perlu tahu, menyebut namanya saja hatiku sudah perih." Aku hanya bisa ikut menangis saat mendengar cerita si bantal, ceritanya begitu memilukan.
Bayangkan saja, dia ditinggalkan setelah memberikan semuanya, dia tidak dihargai sama sekali, padahal dia sangat mencintai. Aku memeluk bantalku dan mengatakan padanya untuk jangan bersedih. Aku memeluknya erat erat agar dia tahu bahwa aku disini dan dia tak perlu lagi sakit hati karena disini ada aku.

"Suster,sudah mengganti sarung bantal untuk pasien kamar 12?" Tanya dokter Hilman. "Ah, pasien yang selalu menangis ditengah malam dan berbicara dengan bantal itu, dok?" ujar si suster. "Ya, pasien baru ini mendapat tekanan yang luar biasa ,lagi lagi karena cinta, pasien kesekian yang gila karena cinta." Dokter Hilman menjelaskan dengan lirih. "Tetapi dokter kalau saya boleh tahu, apakah pasien seperti ini akan bisa disembuhkan?" Suster bertanya dengan perasaan agak takut, mungkin sekarang ia juga sedang patah hati dan hampir gila. "Jujur saja, untuk kasus seperti ini yang bisa menyembuhkan hanyalah Tuhan dan keimanannya. Dia sudah terlalu terbawa oleh perasaan, mulai menganggap bahwa bantalnya menangis sepanjang malam, padahal itu adalah air matanya sendiri, dia mulai berbicara dengan benda benda disekitarnya,semacam schizophrenia."

Hari ini seorang wanita mengganti baju bantalku dengan warna cokelat tua, warna yang cantik untuk bantal cantikku. "Terima kasih wanita cantik, bajunya bagus sekali, si bantal senang.". Aku mengucapkan rasa terimakasihku mewakili si bantal yang memang sedikit pemalu dan hanya ingin berbicara denganku. "Sama sama sayang, kalau kau butuh teman untuk bantalmu katakana padaku ya." Si wanita cantik dengan baju putihnya pergi dan meninggalkanku, mengunci kamarku dari luar lagi. "Hey bantal, kau dengar itu? Dia bisa memberikanmu pasangan baru kalau kau mau, jadi kau tidak perlu merasa paah hati lagi.." bisikku sambil tersenyum, aku senang bantalku tidak perlu menangis lagi mulai sekarang. Tetapi pagi ini bantalku basah lagi, sangat basah, sampai tidak ada tempat kering lagi untuk kepalaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar