Kamis, September 20, 2012

I was no longer me.

Akhirnya sampai pada satu titik saya berubah. Berubah menjadi musuh diri sendiri. Musuh utama saya saat ini adalah diri saya sendiri. Entah sejak kapan tapi saya sudah merasa tidak nyaman. Mungkin tanpa saya sadari saya sudah begini sejak saya mulai kuliah disini. Jogjakarta. Kota pelajar, katanya. Kota yang selalu membuat anda ingin kembali apabila anda pernah menginjakkan kaki disini. Kota yang terkenal dengan Malioboronya. Kota yang merubah saya.
Mungkin sebenarnya saya tidak pernah siap jauh dari Ibu saya tercinta. Saya tidak pernah merasa memaksa diri tetapi ternyata diri saya berkata lain. Saya merasa ada 2 sisi berbeda yang sedang tidur lelap didalam diri saya. Dan seperti drama yang sering terjadi, yang jahat selalu menang. Saya menunggu ending dimana sisi baik saya dapat menang barang sekali.
Ternyata saya orangnya melodrama dan nama tengah saya adalah denial. Saya yakin manusia dilahirkan di dunia ini atas suatu tujuan. Atas kehendakNya saya menjadi pemenang diantara milyaran sperma tapi pada kenyataannya saya tidak pernah merasa istimewa. Kemalasan berhasil menggerogoti saya selama 21 tahun ini. Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang berguna. Punya cita-cita untuk mengubah dunia adalah cita-cita yang paling membuat menderita. Saya tidak pernah punya cita-cita lain selain ingin membuat orang-orang disekitar saya bahagia dan bersyukur karna saya ada. See, i hate myself.
It's not that i never try to love myself.

Oke mungkin banyak orang seperti saya. Kami sering disebut sebagai orang yang tidak pernah bersyukur dan negative thinker. Hal negative adalah makanan sehari-hari. Kata-kata negative yang dilontarkan kepada kami selalu kami terima dengan baik dan kami tanam didalam otak. Didalam otak kami ada pohon "penghancur diri sendiri" yang kalau berbuah dan dimakan buahnya maka kami akan berhasil menjadi orang yang tidak berguna.
Saya selalu berusaha berbeda tetapi ternyata saya tetap sama dengan yang lainnya.

Saya akan terus seperti ini selama saya tidak berusaha untuk dekat lagi denganNya.
Ya. Saya akan selalu seperti ini.