Minggu, Juni 02, 2013

Musuh dari si bahagia.

Memang tidak sepatutnya saya katakan bahwa bahagia memusuhi saya.
Karena katanya bahagia itu kita yang ciptakan.

Memang tidak seharusnya saya menyalahkan bahagia yang tidak juga kunjung datang kepada saya.
Karena katanya mungkin belum saatnya.

Tidak akan ada yang berubah sebelum saya memperbaiki apa yang harus saya perbaiki.
Penampilan misalnya. Bentuk tubuh misalnya. Kepribadian misalnya. Atau mungkin pola pikir misalnya.

Saya tidak bisa memotivasi diri dengan melihat masalah orang lain.
Mungkin saya gagal.

Saya tidak bisa berhenti menyalahkan dan bahkan membenci diri saya sendiri.
Mungkin saya gagal.

Saya tidak bisa menerima saran dan solusi yang diberikan oleh orang lain.
Mungkin saya gagal.

Saya gagal, maka bahagia memusuhi saya.

Katanya saya tidak pernah mau berdamai dengan diri sendiri.
Katanya saya tidak bisa diatur dan keras kepala.
Katanya saya terlalu terlarut dalam masalah saya.
Katanya saya hanya tidak bersyukur.
Dan katanya saya tidak harus mendengarkan apa kata orang.
Maka saya menjadi tuli dan berharap akan segera buta.

Memanjakan saya adalah kesalahan fatal.
Manusia seperti saya tidak boleh dimanja dan diberi bahagia.
Sedikit merasakan saya akan meminta lebih.
Sedikit merasakan saya akan menjadi orang lain.

Bukan takut untuk menjadi orang baik.
Hanya saja mungkin peran saya bukan untuk menjadi seperti kalian.

Cita-cita saya untuk menjadi 100% air tidak akan pernah tercapai.
Cita-cita saya untuk mendapatkan lingkungan yang menerima saya apa adanya tidak akan pernah ada.
Cita-cita saya untuk menjadi pahlawan bagi semua kucing di dunia ini terdengar sangat konyol.

Tertawalah sekencang-kencangnya. 
Karena saya tidak lagi mendengar.
Tunjuklah saya sesuka kalian.
Karena saya tidak lagi melihat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar