Sabtu, Februari 02, 2013

Sapa.

Selamat pagi kamu yang jelas-jelas berada di sana tetapi tidak menyapaku. Kita yang pada akhirnya berpura-pura untuk saling tidak mengenal setelah banyak jam terlewati bersama. Tidak, memang tidak sebanyak itu. Tetapi (seharusnya) minimal kau akan mengingat sepenggal percakapan tidak berarah pada hari itu. Hari sebelumnya kita berjanji untuk tidak seperti ini, hari sebelumnya kita begitu yakin akan apa yang akan kita jalani. Yang kau tau Tuhan Maha membolak-balikan hati, maka aku tidak terkejut saat akhirnya kau ingin pergi.
Selamat pagi untuk kamu yang pada akhirnya melupakanku. Bukan suatu perkara bagiku tetapi memang cukup membekas dan aku tidak berharap ini bertahan lama. Hari ini aku melewati jalan itu, jalan menuju tempatmu berteduh. Tidak ingin menerka apa yang sedang kau lakukan di dalam sana, hanya saja aku sudah dapat membayangkan apa yang sedang kau kerjakan. Karena setiap hari kau melakukan hal yang sama. Sayang, merugilah kamu.
Selamat pagi rindu yang tiada habisnya, rindu akan wangimu yang tak dapat kutemui dimanapun aku berada. Rindu akan caramu merespon segala ucapanku. Ya, hari ini aku rindu seperti hari kemarin. Merugilah aku.
Selamat pagi kita yang tidak akan pernah beranjak dari kotak usang di perut bumi. Kita yang akan selalu begini dan akhirnya mati. Kita yang tak pernah mencoba untuk mengurangi ego masing-masing ini akhirnya akan pergi, sayang. 
Selamat pagi juga harapan yang tak akan pernah menjadi kenyataan. Hari ini kau kuhapus dengan hina. Tak akan kubiarkan kau merusak semuanya. Tidak akan ada lagi hari seperti kemarin. 
Selamat pagi penyesalan. Entah siapa yang akan menyesal, aku, kau atau bahkan kita berdua. Rasa itu akan datang pada salah satunya. Siapapun yang akan mendapatkan rasa paling terkutuk itu, kuharap akan segera mendapatkan kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar